Kurkumin telah dikenal memiliki aktivitas antioksidan (Sharma, 1976) dan sebagai penangkal radikal (Tonnesen and Greenhill, 1992). Di samping itu kurkumin juga bertindak sebagai katalisator pembentukan radikal hidroksil(Kunchandy and Rao, 1989). Kemampuan tersebut menjadikan kurkumin mampu bertindak sebagai radical scavenger terhadap metabolit antara reaktif senyawa karsinogen, sehingga mengurangi insiden terjadinya kanker. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian kurkumin pada punggung mencit mampu menghambat pembentukan tumor kulit yang terinduksi benzo[a]piren atau DMBA (7,12-dimetilbenz[a]antrasen) (Huang et al., 1992).
Sifat kemopreventif kurkumin ini selain karena kemampuannya sebagai penangkap radikal juga karena kurkumin memiliki kemampuan dalam menghambat sitokrom P450 dan enzim glutation S-transferase sehingga akan menghambat aktivitas benzo[a]piren sebagai mutagen (Oetari et al., 1996). Berdasarkan hasil penelitian Rao (1997) menunjukkan bahwa kurkumin merupakan penangkal radikal terhadap radikal hidroksil, anion superoksid, dan oksigen singlet. Kurkumin mampu memproteksi plasmid pBR322 DNA terhadap pecahnya untai tunggal DNA akibat induksi oleh singlet oksigen, sebuah spesies oksigen reaktif yang bersifat genotoksik dan mutagenik. Bagaimanapun juga kurkuminmerupakan antioksidan yang poten dan sebagai penangkal radikal oksigen dan nitrogen dari proses biologis yang terjadi di dalam tubuh. Kurkumin juga poten sebagai inhibitor lipid peroksidase yang terinduksi berbagai agen selular atau asing. Sifat ini mungkin mempunyai peranan penting dalam mekanisme aksi kurkumin sebagai antiinflamasi, antitumor, dan aktivitas farmakologi lainnya (Rao, 1987).
Disarikan dari :
Review: Pandangan Baru Kurkumin dan Aktivitasnya sebagai Antikanker, Arief Nurrochmad Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada