Ada penyakit, gaya hidup dan riwayat keluarga berkonstribusi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. Beberapa kondisi seperti pertambahan umur dan riwayat keluarga tidak bisa dikontrol, namun kita bisa mengontrol banyak faktor untuk menurunkan risiko hipertensi.
Kondisi berikut ini dapat berkontribusi menyebabkan tekanan darah tinggi, yaitu:
- Umur: Semakin bertambahnya umur akan membuat risiko mengalami hipertensi meningkat. Pria biasanya mulai banyak mengalami hipertensi di umur 45 tahun dan wanita di umur 65 tahun.
- Ras: Ras Afroi (hitam) berisiko lebih sering terjadi hipertensi dengan onset lebih dini dibandingkan ras Kaukasian (putih). Komplikasi berat seperti stroke, serangan jantung dan gagal ginjal juga lebih sering pada kelompok Afro.
- Faktor genetik/keturunan: Hipertensi cenderung diturunkan dalam sebuah keluarga
- Kegemukan (obesitas): Semakin gemuk badan seseorang maka jaringan tubuh akan membutuhkan lebih banyak nutrisi dan oksigen. Volume darah yang dipompa ke pembulub darah juga semakin besar sehingga tekanan darah lebih meningkat.
- Kurang gerak dan olahraga: Orang yang kurang gerak memiliki denyut jantung yang lebih cepat sehingga kerja jantung juga jadi lebih berat dan hasilnya kekuatan pompa jantung lebih besar menghasilkan tekanan darah yang lebih tinggi.
- Merokok: Merokok dan mengunyah tembakau akan meningkatkan tekanan darah. Sementara itu radikal bebasnya akan melukai dinding pembuluh darah membuatnya kaku dan lebih sempit. Efeknya tekanan darah akan meningkat. Ini juga berlaku bagi para perokok pasif.
Pola makan tidak sehat seperti tinggi garam natrium, tinggi lemak dan kurang serat: Natrium akan membuat tubuh meretensi cairan sehingga volume darah akan meningkat yang menyebabkan tekanan darah naik akibat kerja jantung meningkat. - Konsumsi sedikit kalium: Kalium akan membantu menyeimbangkan kadar Natrium dalam sel sehingga jika Kalium kurang maka konsentrasi Natrium akan meningkat.
- Kekurangan vitamin D: Penelitian terkait manfaat vitamin D untuk mencegah hipertensi memang masih sedikit. Namun, Vitamin D bisa mempengaruhi produksi enzim yang mengatur tekanan darah di ginjal.
Konsumsi alkohol berlebihan: peminum alkohol berat berisiko menyebabkan kerusakan jantung - Stres: Stres berat bisa menyebabkan tekanan darah meningkat untuk sementara. Stres kronis dicurigai bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah menetap. Melampiaskan stress dengan banyak makan, merokok dan minum alkohol akan memperburuk kondisi sehingga berisiko mengganggu kesehatan.
- Penyakit kronis: Memiliki gangguan kesehatan kronis bisa meningkatkan risiko mengalami hipertensi, contohnya menderita sakit ginjal, diabetes dan sleep apnea.
Hipertensi akan diperburuk dengan:
- Kebiasaan merokok
- Konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi
- Kolesterol darah yang tinggi
- Diabetes atau penyakit kronis lainnya
Beberapa obat bisa berisiko menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi, seperti pil kontrasepsi kombinasi, anti inflamasi non-steroid, beberapa obat untuk meredakan gejala batuk, beberapa jenis nasal drop/spray, obat penekan nafsu makan juga beberapa obat tetes mata. Jika anda berpikir obat yang dikonsumsi menyebabkan tekanan darah meningkat, maka segera hubungi dokter yang meresepkan obat dan tidak disarankan berhenti mengkonsumsi obat tersebut tanpa anjuran dari dokter. Oleh sebab itu, lakukan pengobatan dengan pengawasan dokter dan selalu konsultasikan dengan dokter anda jika akan mengkonsumsi obat.
Pertambahan usia menyebabkan dinding arteri menjadi lebih kaku sehingga kurang elastis. Jantung akan bekerja menyesuaikan kondisi ini dengan mengubah pola tekanan darah sistolik menjadi lebih tinggi dan tekanan diastolic menjadi lebih rendah yang disebut “isolated systolic hypertension”. Tekanan sistolik yang lebih tinggi ini selanjutnya bisa menyebabkan kerusakan dinding arteri sehingga menjadi semakin kaku. Meskipun kondisi ini normal sebagai proses adaptasi terhadap penuaan, namun sebaiknya tetap diobati supaya tekanan sistolik menjadi terkontrol.
By annisakarnadi on October 14, 2016